Photobucket
Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket Photobucket

Thursday, March 15, 2012

Tuhan....aku lelah jadi Tuhan : The Map is Not territory

Share on :

Pak Nyonyod menatap didepan cermin, terpantul wajah kuyunya, wajah seorang yang lelah, wajah seorang yang capek, wajah seorang yang tak berdaya. Hidup yang dijalaninya penuh liku dan perjuangan hingga terangkum dalam suatu pemahaman yang sangat diyakini kebenarannya oleh dia sendiri.

Segala kebenaran yang didapatkan dari pengalaman serta pengetahuan itulah yang menyebabkan ia berkesimpulan bahwa semua pendapat yang dipahaminya adalah kebenaran yang mutlak. Dan selama ini segala perselisihan pemikiran dan pendapat orang lain selalu berhasil dipatahkannya dengan argumentasi dan dalil yang bisa diterangkannya dengan baik. Bagi yang argumentasinya lemah, maka tak akan mampu bertahan lama dalam berdebat dengannya. Sedangkan yang mampu berargumentasi dengan kuat pun pada akhirnya akan menyerah, entah kalah atau malas meladeninya, tetapi yang jelas Pak Nyonyod takkan menghentikan perdebatan itu, sampai lawan bicaranya menyerah kalah. 

Demikian bangganya Pak Nyonyod pada segala kemampuan bicara, logika serta pengalamannya, hingga ia merasa bahwa segala perkataan, pemikiran, pendapat dan perbuatannya adalah benar belaka, tiada cacat kesalahan sama sekali.  Bersyukurlah ia karena diberkahi kecerdasan otak yang luar biasa hingga bisa mempelajari berbagai pengetahuan dengan begitu mudahnya. Mau debat apapun dengan dia, masalah politik, hukum, sosial, teknologi, agama, dan sebagainya akan diladeninya, lengkap dengan dalil-dalil pembenar pernyataannya. Dan semua itu tak terasa telah mengaburkan nurani dalam dirinya. Segala yang tak masuk dalam logika dan tak berdasar kuat dianggapnya adalah sesuatu yang salah. Seseorang yang tak bisa menerangkan logika secara kuatpun sudah di vonis salah olehnya. Apa yang diyakini benar adalah kebenaran mutlak baginya. Jika ada yang berseberangan dengan apa yang diyakininya menurut dia adalah salah.
 

Hingga pada pagi itu, ia bertemu dengan seseorang yang sangat sederhana penampilannya. Penilaian Pak Nyonyod hanya satu saja, dengan kesederhanaan penampilan, sebut saja Pak Setu, itu sudah mencerminkan kesederhanaan pola pikirnya.  Dalam hati Pak Nyonyod berkata – Kasihan orang ini, pasti banyak kesalahan pemikiran yang dimilikinya, aku akan membantunya memahami kebenaran. Aku coba dulu pemahamannya tentang kehidupan sosial-.


Maka Pak Nyonyod dengan ringan membuka percakapan tentang masalah problem sosial yang sedang berkembang di Indonesia. Maka sebentar kemudian terjadilah percakapan yang hangat. Pak Nyonyod mulai memasang termin diskusi. Mencoba mendengar komentar apa yang akan keluar dari mulut Pak Setu. Ternyata seperti yang diduga, komentar Pak Setu tak sejalan dengan pemikiran Pak Nyonyod, maka seperti biasa ia kemudian mematahkan dalil Pak Setu dengan dalil pendapat yang sangat diyakininya itu. Pak Setu memang sesederhana penampilannya, hingga pada suatu titik tak mampu membantah dalil argumentasi dari Pak Nyonyod.  Maka Pak Nyonyod dengan senyum kemenangan menutup perbincangan tersebut dengan nasehat agar Pak Setu menggunakan jalan fikiran Pak Nyonyod dalam menganalisa masalah. Pak Setu tersenyum, lalu menjawab, “Terima kasih, Pak! Tenyata Bapak adalah Sang Kebenaran itu, saya tak mengira bisa bertemu dengan Tuhan di saat hidup ini.”


Jawaban pendek menyindir dari Pak Setu itu ternyata menusuk langsung kedalam hati Pak Nyonyod. Pak Nyonyod terpukul oleh pernyataan itu. Kebenaran sebenar-benarnya adalah milik Tuhan. Sedang dia merasa segala pendapatnya adalah benar semata, tiada kesalahannya. Mungkinkah hawa nafsu logikanya sudah menutupi perasaannya sehingga mengaburkan nuraninya yang terdalam? Hingga ia tak pernah menyadari bahwa kebenaran yang diyakini selama ini hanya dilihatnya dari satu sudut pandang saja? Apakah selama ini ia telah dibuai dengan kecerdasan otak dan kepintarannya dalam berargumentasi? Barulah ia tersadar kalau selama ini ia selalu memaksakan keyakinannya itu adalah kebenaran yang mutlak. Tak pernah disadari bahwa ia dengan kurang ajar memakai hak mutlak milik Tuhan Yang Maha Benar. Tiba-tiba terasa luruh seluruh tubuh, tak berdaya, dan merasa menjadi orang yang paling tolol sedunia sepanjang zaman. Hingga ia tak menyadari kalau Pak Setu berpamitan dan meninggalkan dirinya sendiri.
Mungkin kisah diatas tanpa kita sadari pernah kita alami. Entah kita dalam posisi Pak Nyonyod ataupun juga Pak Setu. Tetapi saya pernah tak sadar menjadi Pak Nyonyod dalam episode kehidupan saya dan untung disadarkan oleh Tuhan, betapa sombongnya diri saya, yang merasa yakin akan kebenaran segala pendapat saya, segala logika pemikiran saya. Semoga ini tak terjadi pada Anda.
Anda sedang membaca artikel tentang Tuhan....aku lelah jadi Tuhan : The Map is Not territory dan anda bisa menemukan artikel Tuhan....aku lelah jadi Tuhan : The Map is Not territory ini dengan url http://mindsetmodifier.blogspot.com/2012/03/presuposisi-nlp-map-is-not-territory.html,anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya jika artikel Tuhan....aku lelah jadi Tuhan : The Map is Not territory ini sangat bermanfaat bagi teman-teman anda,namun jangan lupa untuk meletakkan link Tuhan....aku lelah jadi Tuhan : The Map is Not territory sumbernya.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Premium Wordpress Themes | Editor by dwiprazetyo